Ulasan Film: Brightburn

Menjadi salah satu kisah paling populer terutama untuk genre superhero, saga Superman bukanlah suatu yang asing di muka Bumi. Begitu pula dengan kisah asal usulnya, duo kreatornya: Jerry Siegel dan Joe Shuster membuat tokoh ini bukan berasal dari Bumi, tapi dari planet lain bernama Krypton. Dikirim oleh orangtua kandungnya sejak bayi, ia kemudian diangkat anak oleh pasangan petani Kent di Bumi dan akhirnya menjelma menjadi pahlawan super penyelamat Bumi.

Berangkat dari premis awal itulah, sineas visioner James Gunn bersama duo saudaranya, Mark dan Brian Gunn kemudian memelintir kisah asal usul Superman itu. Dengan memasukkan unsur “andai”, trio Gunn ini mengembangkan kisah kemungkinan radikal apa yang terjadi apabila sosok bayi dari planet lain itu bukannya tumbuh besar menjadi sosok superhero namun malah menjelma menjadi kontradiksinya, sosok berkepribadian kelam yang sadis? Hasilnya adalah kisah unik bertajuk Brightburn ini. Namun, kali ini, James Gunn tidak turun tangan langsung menyutradarainya karena dirinya tengah disibukkan dengan proyek superhero besar lain, installment terbaru Suicide Squad, ia memercayakan skrip kisah ini pada David Yarovevsky, sineas yang juga dikenal sebagai salah satu kolaboratornya.

                Kehidupan pasangan Breyer (Denman dan Banks) mengalami perkembangan tak terduga, saat sebuah benda yang terbang dari langit menghantam lahan properti mereka. Mendapati benda itu adalah pesawat luar angkasa dan berisikan bayi, pasangan ini kemudian mengadopsinya dengan nama Brandon Breyer dan membesarkannya sebagai anak mereka sendiri. Sayangnya, begitu usia Brandon memasuki 12 tahun, pemicu dari asal usulnya yang misterius mulai membawa perubahan pada dirinya, berujung transformasi yang membawa maut pada orang-orang yang ada di dekatnya.

Walaupun kental dengan unsur superhero pun juga komik, perlu ditekankan bahwa Brightburn adalah film horor sejati dan sama sekali bukan film tentang superhero. Dan, rasanya itu yang memang dibidik oleh tim kreator di sini. Baik itu lewat pendekatan penuturan storylinenya, pengemasan adegan per adegannya, pengupasan layer konflik, dan juga kadar adegan seramnya.

Oleh karena itu pula, mengapa film ini sama sekali tidak menyinggung sedikitpun unsur itu. Malah terkesan justru sebaliknya, di mana bisa dianggap dalam universenya ini tidak mengenal istilah superhero.

       Kombinasi antara genre superhero dengan genre Sci-fi horor sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru (masih ingat Chronicle garapan Josh Trank) namun, mengingat dominannya tren film superhero di ranah perfilman, kehadiran Brightburn membawa angin segar tersendiri dan bisa menjadi penawar bagi kalangan yang sudah lelah menyaksikan segala film berbau superhero.

Walaupun James Gunn tidak membidani sendiri film ini dan hanya bertindak sebagai produser, sineas Yarovevsky bisa membuktikan kapasitasnya menggabungkan genre superhero dan horor dalam sebuah hasil arahan yang terkendali. Dengan durasi 90 menit, apa yang ingin disampaikan tersaji dengan baik, dan dengan bujet yang sangat kecil (tidak sampai $10 juta-red) mampu menghadirkan eksekusi adegan spesial efek meyakinkan dan juga momen horor yang mengerikan. Catatan lebih untuk kadar horornya, sang sineas tidak mengerem dalam menghadirkan visual adegan kekerasan dan gorenya seperti saat menampilkan nasib mengenaskan salah satu karakter yang menjadi salah satu highlight film ini.

               Pun juga jajaran pemainnya, dua ujung tombak, Elizabeth Banks dan David Denman mampu menunaikan tugasnya memainkan peran mereka. Sementara, aktor muda Jackson A. Dunn mampu mencuri perhatian sebagai sosok pembawa teror, Brandon Breyer (bahkan inisial namanya pun mengingatkan pada ciri khas kebanyakan alter ego seorang superhero).

Dan, hanya sebatas itulah. Jika menyaksikan Brightburn sebagaimana yang diinginkan pihak kreator, Brightburn akan mampu memenuhi ekspektasi dalam beberapa hal. Maka, mungkin itu pula sebabnya mengapa pihak kreator tidak merasa perlu mengupas lebih dalam mengenai mitologi di balik kekuatan super misterius Brandon atau menjawab banyak pertanyaan lainnya. Namun, jika melihat sejatinya premis menarik yang ditawarkan memungkinkan mereka untuk mengeksplor lebih jauh lagi, kali ini penulis pribadi merasa sayang andaikata kisah ini hanya berakhir di titik ini saja. Extremely bloody, terrifying at times, and very brave. Pure entertainment.

Sumber: Cinemags

Facebooktwitterredditpinterestlinkedintumblrmail