Karya dua perupa Indonesia akan tampil di Venice Biennale 2019

Jakarta (ANTARA) – Karya kolaboratif seniman perupa kontemporer pilihan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) dan Yayasan Design+Art Indonesia akan ditampilkan pada pameran seni rupa internasional tertua dan terbesar di dunia, Venice Biennale 2019 di Venesia, Italia.

Karya seniman perupa kontemporer Syagini Ratna Wulan dan Handiwirman Saputra akan menjadi perwakilan di Paviliun Indonesia Venice Biennale 2019 bertema “Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba.”

Proyek seni tersebut juga melibatkan kurator seni Asmujo Djono Irianto dan Yacobus Ari Respati. Karya mereka terwujud dalam instalasi yang terdiri dari lima komponen terdiri dari Meja Runding, Susunan Kabinet, Buaian, Ruang Merokok dan Mesin Narasi.

Instalasi seni itu terpilih oleh dewan juri yang diketuai pemikir dan pelaku seni rupa unggulam yang diketuai Dolorosa Sinaga. Sebab, sejalan denga tema besar paviliun pusat Venice Biennale bertajuk “May You Live in Interesting Times,” yang menyoroti pendekatan umum dan fungsi sosial seni yang memberi kesenangan, sekaligus mengasah pemikiran kritis masyarakat.

“Tema konsep yang diusung atau yang diusulkan dari tim artistik seniman Indonesia bisa sejalan dengan tema utama yang ditentukan oleh kurator Venice Biennale. Juga yang dianggap bisa menampilkan atau memposisikan indonesia dalam lansekap kontemporer dengan wacana yang lebih signifikan,” ujar Ricky Pesik, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kepala Komisioner Paviliun Indonesia Venice Bienalle 2019 di Jakarta, Rabu.

Istimewanya lagi, keikustertaan instalasi seni dua seniman tersebut dalam Venice Biennale 2019 juga turut menandai peringatan hubungan diplomatik ke-70 tahun antara Indonesia dengan Italia.

Paviliun Indonesia di Venice Biennale 2019 akan dihadirkan selama kurang lebih enam bulan, mulai 11 Mei-24 November 2019.

Lima komponen instalasi tersebut akan mengisi area seluas 500 meter persegi di Arsenale, bekas gudang persenjataan yang berdiri sejak abad ke-15 di Venesia, Italia.

Konsep dari instalasi seni tersebut hadir dalam kabinet-kabinet transparan yang bisa dimainkan selayaknya game, buaian bianglala yang bisa dinaiki pengunjung, hingga ruang merokok yang memperdebatkan citra serta aturan-aturan di ruangan publik.

Handiwirman Saputra mengungkapkan “Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba” datang dari pemikiran dan perundingan lama tentang polemik seni rupa Indonesia, yang kemudian berkontemplasi menjadi karya kolaboratif.

“Berawal dari pertanyaan mengapa kita harus kesana, akhirnya kita mewakili Paviliun Indonesia. Kita tidak disana sebagai individu, kemudian persoalan apa yang mau diangkat di perayaan seni itu,” ujar Handiwirman.

Syagini Ratna Wulan juga mengungkapkan harapannya dapat menempatkan Indonesia dengan baik di konstelasi seni rupa Venice Biennale 2019 sebagai perwakilan Indoenesia tahun ini.

“Harapannya dapat memuaskan audiens dan akhirnya menempatkan indonesia di konstelasi seni rupa yang akhirnya kita tidak hanya menjadi seni rupa pinggiran lagi,” ujar Syagini.

“Saya paling ingin orang punya pandangan yang berbeda tentang Indonesia. Masalah geografis saja orang masih bingung Indonesia ada dimana. Kebetulan nanti audiens seni dimana tingkat intelektualnya juga lebih tinggi, bukan hanya secara geografis, tapi jadi tahu cara berpikir orang Indonesia, titik dimanakah kita berdiri,” kata dia.

Pewarta: Peserta Susdape XIX: Devi Nindy
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2019

Sumber: AntaraNews

Facebooktwitterredditpinterestlinkedintumblrmail