Ulasan Film: Friend Zone

Film diawali dengan tampilan trailer lagu yang harmonis diselipi dengan adegan-adegan antara Palm dan Gink.
Film ini seolah menjanjikan sesuatu yang lebih, sebuah kolaborasi antara banyak negara.
Sebutlah ada penyanyi dari negara Laos, Philipina, Vietnam, China, Malaysia, Kambodja, Indonesia dan Myamar.
Mereka bernyanyi dengan bahasa negara masing-masing, membuat penonton terpukau sesaat dan kemudian kembali kepada kisah antara Palm dan Gink.

Pertemanan erat antara Palm dan Gink telah terjalin sejak masa sekolah.
​Digambarkan bagaimana Palm siap membantu Gink memata-matai ayahnya hingga rela naik pesawat antar kota , dan menjaga perasaan Gink yang hancur saat mengetahui perselingkuhan ayahnya. Dalam kesenyapan di bangku pesawat , Palm menyatakan rasa sukanya. Saat mata Gink menatapnya, dan masih ditemukan luka mendalam akan perselingkuhan ayannya Palm pun mencari jalan aman, mengatakan rasa suka dirinya pada Gink hanyalah rasa suka kepada teman biasa saja.
Gink pun berusaha mencari jalan aman dan segera menyetujui.
Mereka berduapun terjebak mulai saat itu dalam “friend zone” hingga jangka waktu 10 tahun.

Gink pun lulus sekolah dan kemudian bekerja dengan membawa luka ini, sehingga dalam setiap hubungan dengan pacarnya, Gink selalu merasa akan diselingkuhi dan dijadikan orang ketiga. Rasa takutnya ini membuat hubungan dengan pacar-pacarnya biasanya menjadi berantakan dan tidak berlanjut.
Hingga suatu hari Gink bertemu dengan Ted (diperankan oleh Jason Young) yang membuatnya terobsesi ingin bersamanya dan melanjutkan ke jenjang pernikahan, hingga akhirnya rasa takutnya mengambil alih dan membuat dirinya mengikuti emosinya yaitu mengikuti perjalanan Ted ke berbagai negara.
Dalam film ini diceritakan bahwa Gink adalah manager Ted, seorang pencipta lagu.
Ted dalam lagunya menampilkan penyanyi dari beragam negara dan menyanyikan lagu tersebut dalam bahasa masing-masing.
Penggalan-penggalan lagu dalam aneka bahasa ini kemudian disatukan menjadi sebuah alunan lagu yang harmonis.
Lagu inilah yang diputar pada awal film dan membuat penonton terbius akan alunan iramanya.

Adapun Palm berusaha melanjutkan hidup dan berhubungan dengan banyak wanita. Namun saat rasa dan hati sudah dimiliki oleh Gink, maka Palm pun meperlakukan banyak wanita sebagai orang ketiga. Semua adalah untuk Gink.
​Sehingga saat episode Gink memata-matai Ted dan Gink menelponnya serta memintanya hadir untuk menemaninya . Palm tanpa mengedipkan matapun sudah langsung berada di lokasi yang diminta Gink. Lokasi ini berarti negara Myamar, Malaysia atau Hongkong.
Untunglah dengan menggunakan fasilitas tunjangannya sebagai pramugara, Palm dapat melakukan hal tersebut dan berada disisi Gink untuk membantunya mengatasi rasa sedih dan penasarannya.

Saat Ted ternyata terbukti melakukan perselingkuhan, batas “friend zone” pun menjadi bias. Akankah Palm dan Gink akhirnya mengakui perasaan masing-masing. Apakah rasa takut itu, tetap membelenggu Gink dan menghindari kenyataan yang ada di depan matanya?

Menggunakan teknik penceritaan maju mundur (regresi), diawali dengan pertemuan antara sesama lelaki yang terjebak dalam ranah “friend zone”. Film ini mampu membawa penontonnya terlebur dalam keputusasaan Palm, yang dalam perjalanan waktu hendak mendobrak batasan ini serta siap menghadapi resiko yang terjadi.
Saat akhirnya Palm pun memberanikan dirinya mendobrak batasan ini, penyelesaiannya di luar dugaan penonton.
Banyak yang merasa terkejut dengan penyelesaian ini.
Semua karena teknik penceritaan regresi ini.

Sudut pengambilan banyak dilakukan pada jarak dekat, sehingga kemampuan akting masing-masing menjadi hal yang diutamakan. Naphat Siangsomboon pemeran Palm, mampu menampilkan akting kesan memedam perasaan hingga rasa takut menyakiti Gink. Adapun Pimchanok Luevisadpaibul pemeran Gink, mampu memerankan akting wanita yang menjadi kehilangan arah jika emosi sudah memasuki hatinya. Logika pemikiran sudah tidak berlaku lagi dan yang ada hanyalah tingkah laku yang tidak dapat dikontrol lagi.
Penontonpun disuguhi lelucon receh namun mengena di saat adegan yang seharusnya serius, sehingga banyak gelak tawa muncul.
Secara keseluruhan film ini menawarkan cerita percintaan dengan konflik klasik yang mudah mendapatkan tempat di hati penonton muda, serta menyuguhkan pemandangan sekilas yang menarik dari beberapa lokasi di negara Myamar, Malaysia atau Hongkong. (Nuty Laraswaty)

Sumber: Cinemags

Facebooktwitterredditpinterestlinkedintumblrmail